3 Kebiasan Menjelang Idul Fitri (Lebaran) Ini, Mana Lebih Penting
Assalamu’alaikum Warrohmatuloh Wabarokatuh
Banyak hal yang dilakukan masyarakat kita menjelang Hari Raya Iedul Fitri (Lebaran), yang tentunya tidak terlepas dari adat dan budaya daerahnya masing-masing, namun konon yang menarik bahwa kebiasaan ini hanya berada di bumi tanah air tercinta Indonesia, sedangkan di negara lain yang penduduknya banyak Muslim tidak ditemukan atau kalaupun ada tidaklah semeriah di negara kita, mudah-mudahan ini sebagai ciri rasa Syukur terhadap Alloh SWT, dengan tetap mengutamakan yang wajibnya. semoga.
Ini juga artikel menarik dan seru, untuk mengetahui suasana Ramadhan dan Lebaran jaman penulis kecil, Kebiasaan di Kampungku jaman dahulu ketika menjelang Ramadhan dan Idul Fitri yang bisa anda baca Disini, yang mungkin sangat berbeda dengan suasana saat ini.
Dari beberapa kegiatan kebiasaan di bawah ini menurut anda mana yang lebih penting.
1.Membuat makanan khusus (Spesial) Lebaran
Cap atau merek makanan atau Kue Lebaran adalah lisensi produk umum masyarakat kita, dan hati-hati jangan sampai kepemilikannya di klaim oleh negara lain :D, seperti bisa kita perhatikan beberapa hari menjelang Lebaran seakan-akan pusat keramaian, kemacetan ada di sekitar pasar-pasar dan pertokoan, baik pasar tradisonal maupun modern, yang semuanya hanya belanja untuk keperluan lebaran.
Banyak masyarakat kita terutama ibu-ibu, seakan di hari “H” Lebaran tidak sempurna bila tidak dilengkapi makanan khas dan kue Lebaran, dan hal ini bukan tanpa alasan karena di hari nan Fitri ini semua anggota keluarga berkumpul, kunjung-mengunjungi untuk bersilaturahim dan biasanya makanan dan kue tersebut disajikan untuk disantap bersama dikesempatan tersebut.
Untuk masalah makanan tentu setiap orang memiliki makanan kesukaanya masing-masing dan biasanya tergantung daerahnya juga, namun dibalik semua ini perlu dicermati jangan sampai kebiasaan ini dianggap sesuatu yang wajib, yang bisa berakibat akan meningkatkan kesenjangan sosial, sehingga memicu ekses perilaku negatife masyarakat kita
2.Membeli pakaian baru (Baju Lebaran)
Ini juga sama, cap atau merek baju lebaran adalah hak milik atau lisensi produk masyarakat umum Muslim Indonesia, kebiasaan ini turun-temurun dari jaman dahulu meskipun kondisi saat ini menggunakan baju baru, ataupun membeli baju baru bisa dilakukan kapan saja, yang konon berbeda dengan masa sulit dulu atau jaman penjajahan dahulu tidak semua orang bisa membeli baju baru, dikarenakan baju baru merupakan suatu yang istimewa.
Dan satu hal yang aneh dimasyarakat kita meskipun menggunakan baju baru atau membeli baju baru bisa dilakukan kapan saja, ntapi konon Bukan Baju Lebaran kalau membelinya tidak dilakukan secara berdesakan (Pasesedek-sunda) di bulan Ramadhan atau beberapa hari menjelang Lebaran.
Dan lebih lucu lagi ada istilah Baju Takbir/Baju Dulag yaitu pakaian yang dibeli dipedagang kaki lima (PKL) pada malam Takbiran dan biasanya dengan harga diskon/obral,.aya aya wae nya :D.
Semua hal di atas tidaklah salah bila kita mampu dan sudah mengetahui dan melaksanakan kewajiban seorang Muslim, karena dikhawatirkan image makanan/kue lebaran dan baju baru adalah suatu keharusan, padahal cukup dengan pakaian yang layak, pantas dan bersih dipakai di hari Idul Fitri sebagai rasa syukur di hari kemenangan dan makanan/kue seadanya (kalau ada) tapi jangan di ada-adain (Ulah diaya-ayakeun-sunda).
3.Pulang ke kampung Halaman (Mudik)
Apapun harus dilakukan guna menuju satu tujuan Mudik, tidak peduli macet, panas, berdesakan dan meskipun dengan beratnya beban yang harus dibawa, semua ini harus dilalui dari tahun ke tahun tanpa merasa kapok ataupun jera, malahan kemungkinan rindu dengan perjalanan mudik karena semua akan terobati dan sirna tanpa bekas bila sudah sampai di tempat tujuan dengan sungkem pada orang tua dan berkumpul dengan sanak saudara.
Dan hal yang tersirat makna dari Mudik ini adalah selain pulang kampung ke tanah kelahiran, berbagi cerita dan materi juga tertanam rasa cinta kasih dan hormat kepada orang tua, keluarga untuk memohon ma’af, memohon do’a dan restu (Sungkem) sehingga ikatan silaturahim dan Ukuwah Islamiyah tetap terjaga, semoga.
Demikian semoga bermanfaat dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warrohmatuloh Wabarokatuh
Banyak hal yang dilakukan masyarakat kita menjelang Hari Raya Iedul Fitri (Lebaran), yang tentunya tidak terlepas dari adat dan budaya daerahnya masing-masing, namun konon yang menarik bahwa kebiasaan ini hanya berada di bumi tanah air tercinta Indonesia, sedangkan di negara lain yang penduduknya banyak Muslim tidak ditemukan atau kalaupun ada tidaklah semeriah di negara kita, mudah-mudahan ini sebagai ciri rasa Syukur terhadap Alloh SWT, dengan tetap mengutamakan yang wajibnya. semoga.
Ini juga artikel menarik dan seru, untuk mengetahui suasana Ramadhan dan Lebaran jaman penulis kecil, Kebiasaan di Kampungku jaman dahulu ketika menjelang Ramadhan dan Idul Fitri yang bisa anda baca Disini, yang mungkin sangat berbeda dengan suasana saat ini.
Dari beberapa kegiatan kebiasaan di bawah ini menurut anda mana yang lebih penting.
1.Membuat makanan khusus (Spesial) Lebaran
Cap atau merek makanan atau Kue Lebaran adalah lisensi produk umum masyarakat kita, dan hati-hati jangan sampai kepemilikannya di klaim oleh negara lain :D, seperti bisa kita perhatikan beberapa hari menjelang Lebaran seakan-akan pusat keramaian, kemacetan ada di sekitar pasar-pasar dan pertokoan, baik pasar tradisonal maupun modern, yang semuanya hanya belanja untuk keperluan lebaran.
Banyak masyarakat kita terutama ibu-ibu, seakan di hari “H” Lebaran tidak sempurna bila tidak dilengkapi makanan khas dan kue Lebaran, dan hal ini bukan tanpa alasan karena di hari nan Fitri ini semua anggota keluarga berkumpul, kunjung-mengunjungi untuk bersilaturahim dan biasanya makanan dan kue tersebut disajikan untuk disantap bersama dikesempatan tersebut.
Untuk masalah makanan tentu setiap orang memiliki makanan kesukaanya masing-masing dan biasanya tergantung daerahnya juga, namun dibalik semua ini perlu dicermati jangan sampai kebiasaan ini dianggap sesuatu yang wajib, yang bisa berakibat akan meningkatkan kesenjangan sosial, sehingga memicu ekses perilaku negatife masyarakat kita
2.Membeli pakaian baru (Baju Lebaran)
Ini juga sama, cap atau merek baju lebaran adalah hak milik atau lisensi produk masyarakat umum Muslim Indonesia, kebiasaan ini turun-temurun dari jaman dahulu meskipun kondisi saat ini menggunakan baju baru, ataupun membeli baju baru bisa dilakukan kapan saja, yang konon berbeda dengan masa sulit dulu atau jaman penjajahan dahulu tidak semua orang bisa membeli baju baru, dikarenakan baju baru merupakan suatu yang istimewa.
Dan satu hal yang aneh dimasyarakat kita meskipun menggunakan baju baru atau membeli baju baru bisa dilakukan kapan saja, ntapi konon Bukan Baju Lebaran kalau membelinya tidak dilakukan secara berdesakan (Pasesedek-sunda) di bulan Ramadhan atau beberapa hari menjelang Lebaran.
Dan lebih lucu lagi ada istilah Baju Takbir/Baju Dulag yaitu pakaian yang dibeli dipedagang kaki lima (PKL) pada malam Takbiran dan biasanya dengan harga diskon/obral,.aya aya wae nya :D.
Semua hal di atas tidaklah salah bila kita mampu dan sudah mengetahui dan melaksanakan kewajiban seorang Muslim, karena dikhawatirkan image makanan/kue lebaran dan baju baru adalah suatu keharusan, padahal cukup dengan pakaian yang layak, pantas dan bersih dipakai di hari Idul Fitri sebagai rasa syukur di hari kemenangan dan makanan/kue seadanya (kalau ada) tapi jangan di ada-adain (Ulah diaya-ayakeun-sunda).
3.Pulang ke kampung Halaman (Mudik)
Apapun harus dilakukan guna menuju satu tujuan Mudik, tidak peduli macet, panas, berdesakan dan meskipun dengan beratnya beban yang harus dibawa, semua ini harus dilalui dari tahun ke tahun tanpa merasa kapok ataupun jera, malahan kemungkinan rindu dengan perjalanan mudik karena semua akan terobati dan sirna tanpa bekas bila sudah sampai di tempat tujuan dengan sungkem pada orang tua dan berkumpul dengan sanak saudara.
Dan hal yang tersirat makna dari Mudik ini adalah selain pulang kampung ke tanah kelahiran, berbagi cerita dan materi juga tertanam rasa cinta kasih dan hormat kepada orang tua, keluarga untuk memohon ma’af, memohon do’a dan restu (Sungkem) sehingga ikatan silaturahim dan Ukuwah Islamiyah tetap terjaga, semoga.
Demikian semoga bermanfaat dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warrohmatuloh Wabarokatuh
Posting Komentar untuk "3 Kebiasan Menjelang Idul Fitri (Lebaran) Ini, Mana Lebih Penting"