Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nuansa Menjelang Shaum Ramadhan Dan Iedul Fitri Di Kampung-ku Dulu

Assalamualikum Warrohmatuloh Wabarokatuh
http://www.mawarnada.comMarhaban Yaa Ramadhan, meskipun awal Shaum Ramadhan 1438 H/2017 M, Insyaallah kemungkinan dimulai pada hari Sabtu, 27 Mei 2017, namun suasananya saat ini sudah terasa, semoga segala Amal Ibadah kita diterima Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.

Hal ini yang mengingatkan tentang suasana Menjelang Shaum Romadhon dan Iedul Fitri di kampung-ku dulu, yang akan terkenang sepanjang masa, atau mungkin diantara anda ada yang mempunyai suasana yang sama ataupun hampir mirip?, mudah-mudahan tulisan sederhana ini menggugah kenangan masa lalu yang teramat indah.

Blok Pareman kampungku, arah timur kampung Anggacarang, arah selatan dan barat terhampar luas sawah nan hijau yang tembus pandang ke daerah Cibaduyut, ke utara masih terhampar luas sawah nan subur dan terlihat jelas wilayah kampung Cihieum/Warna Cinta, Kebon kalapa, Sekekantil/Sandang Pangan dan Kampung Blok Desa/Cadas Ngampar yang berdekatan dengan Jl.By Pass/Soekarna-Hatta yang pada saat itu masih dalam proses pembangunan.

Saat ini, karena perkembangan jaman dan pesatnya pertumbuhan penduduk, kini suasana kampungku yang dahulu yang dikelilingi pohon kelapa nan indah ditambah rimbunnya pohon bambu disebelah timurnya, telah digantikan dengan beton-tembok angkuh dan sombong sebuah perumahan, seakan menjadi pemisah rasa kebersamaan, kekeluargaan, silaturahim.

Itulah sekilas suasana Kampung-ku dulu yang bersahaja, dan sekarang kita bahas Nuansa Menjelang Shaum Ramadhan dan Iedul Fitri di Kampung-ku dulu :

1.Nga-Dulag (Memukul Bedug)
http://www.mawarnada.comPada saat pagi menjelang siang sampai sore keesokan hari pertama Shaum, sudah terdengar di Mushola/Tajug/Masjid suara yang nga-dulag (memukul bedug) diselingi memukul Kohkol (kentongan) secara bersahutan sehingga menimbulkan suara dan irama konstan dinamis, yang dilakukan secara bergantian sehingga seharian hampir tidak berhenti, yang menambah suasana menjelang Shaum Ramadhan semakin terasa.

1.Kuramas (Keramas)
Hal ini dilakukan sebagai persiapan melaksanakan Ibadah Shaum esok hari, yang sebenarnya merupakan salah satu syarat sah-nya Shaum yaitu bersih dari hadats besar (Junub), namun yang istimewa keramas dilakukan bukan dengan pencuci modern bermerek seperti sekarang ini tapi dengan tanah liat/tanah porang yang diambil disebelah timur kampungku, sekitar tebing sungai bersebelahan kampung Anggacarang atau biasa disebut “Lebak”.dan jangan kuatir sungai pada saat itu airnya masih bersih dan bening tidak seperti sekarang ini yang sudah terkontaminasi.

Konon khasiat tanah liat/tanah porang :
- Menghitamkan rambut
- Menguatkan akar rambut
- Menghambat proses tumbuhnya uban

Kalau anda ingin mencobanya silahkan saja, tapi dimana mencarinya?, kecuali bagi pembaca yang ada di daerah dan mungkin saat ini lebih praktis dengan pencuci rambut modern.

2.Munggah
Kebiasaan ini hampir tidak berubah dari dulu, yaitu mempersiapkan makanan khusus satu hari menjelang pertama bulan Shaum, hal ini dilakukan untuk disantap bersama seluruh anggota keluarga menjelang sore hari, meskipun didaerah lain seperti Cianjur ada kebiasaan serupa dengan istilah PAPAJAR yaitu makan bersama (Botram) sambil wisata keluarga yang biasanya dilakukan pagi menjelang siang.

3.Tarawih
http://www.mawarnada.comMeskipun hal ini hukumnya sunat namun di kampung-ku dulu sangat terasa sekali suasana malam-malam menjelang Shaum yang hampir setiap malam, setiap waktu Sholat sampai Sholat Tarawih Tajug/Mushola/Masjid selalu penuh.

Dan Astagfirullohal’adzim,dahulu, setiap Tarawih dilakukan dengan heureuy (canda), sampai saya sendiri pernah digotong dan dilemparkan ke atas kemudian jatuh ke lantai dan masih untung karena lantainya masih terbuat dari Palupuh (Bambu yang dibelah dibuat seperti anyaman).

Dengan perkembangan jaman dan teknologi, juga media pembelajaran ke-Agama-an yang baik, suasana Tarawih dengan suasana HEUREUY seperti diatas Alhamdulillah sekarang sudah tidak diketemukan lagi.

4.Ngabuburit
http://www.mawarnada.comPergi ke sawah, ngurek (Mancing Belut) atau hanya main ke alun-alun Bandung dan pulang membawa petasan, cecengekan (Petasan Kecil), Beubeuritan (Petasan Kecil bila di nyalakan seperti berlari ditanah yang mengeluarkan suara mirip Tikus), petasan bata, yang dibeli dipojok selatan lorong Masjid Agung sekarang Masjid Raya Bandung.

Membuat lodong dengan karbit, yaitu membuat suatu ledakan seperti petasan namun caranya dengan menggali tanah dan dibuatkan seperti parit kecil, kemudian ditimbun kembali dengan tanah dan diberi penyangga kemudian diberi lubang kecil diatasnya untuk tempat membakar karbitnya..dan DDDUUURRR suaranya menggelegar.

Besar kecilnya suara tergantung banyaknya karbit dan besar ruang lodong yang dibuat, dan saat ini Lodong masih ada namun dibuat dengan sepotong bambu ataupun pipa besi ukuran tertentu.

5.Malam lilikuran (Malam Ganjil)
Kekentalan suasana Shaum Ramadhan ketika mendekati Iedul Fitri semakin terasa, karena orang tua-ku dulu dan juga tetangga pun sama mulai dengan aktivitas seperti sekarang ini seperti : membeli Pakaian baru, membuat olahan makanan, kirim-kiriman makanan.

5.a.Membeli Pakaian Baru
Ini kebiasaan yang abadi sampai sekarang padahal hal ini tidak wajib, karena sebenarnya cukup pakaian bersih, layak pakai dan cocok dipakai di hari Iedul Fitri.

5.b.Membuat olahan Makanan
Entahlah mungkin tergeser dengan makanan modern atupun hal lain karena saat ini agak susah menemukan makanan yang sering di buat oleh orang tua-ku dulu, kalaupun ada rasanya sudah jauh berbeda yang mungkin dulu cara membuatnya menggunakan Hawu (Tungku) dan suluh (Kayu Bakar) dan bahan baku lainnya yang mungkin belum tercampur unsur kimiaw, adapun contoh makanan yang sering dibuat orang tuaku dulu diantaranya :

- Opak putih dan opak merah
http://www.mawarnada.com

- Kolontong
http://www.mawarnada.com

- Tengteng
- Kiripik Ketan putih dan Ketan Hitam
- Gegetas

- Ranginang ketan putih dan ketan hitam
http://www.mawarnada.com
- Sasagon atau Sayang Mekar
http://www.mawarnada.com

- Dodol
- Gegeplak

- Peuyeum Ketan Hitam dan Ketan Putih (Tape)
http://www.mawarnada.com

- Ulen
http://www.mawarnada.com

- Goreng Su-uk (Kacang)

5.c.Kirim-kiriman Makanan
Merupakan hal yang luar biasa kalau ditinjau dari segi ekonomi saat ini, karena orang tua kita dulu setiap Shaum menjelang Iedul Fitri selalu berbagi, baik dengan tetangga dekat, saudara, meskipun kadangkala jarak tempuh cukup jauh, ini merupakan ikatan Silaturahmi yang sangat kokoh, tidak membedakan antara yang kaya dan yang miskin semua berbagi dengan saling tukar makanan.

Meskipun pada saat itu saya harus membawa 5 sampai 10 set rantangan yang dibawa dengan digotong oleh dua orang dengan batang bambu atau RANCATAN melewati sawah, kebun bambu dengan menempuh jarak 3 km - 5km jalan kaki, Alhamdulillah tidak merasa capek dan tentu dilakukan dengan senang hati.
Sekarang mah pasti naik ojeg atau angkot, anak sekarang jalan kaki? mana mau, punten cenah :D

6.Pulang Kampung “Mudik”
http://www.mawarnada.comPulang ke Kampung halaman atau pulang ke udik, inilah yang menjadikan saya bangga jadi orang kampung meskipun sering ada istilah bahasa “Kampungan”, karena apa bedanya orang kampung dengan orang kota?, ayo ada yang tahu silahkan masukan di kolom komentar :D

Saya lahir di kampung Blok Pareman Bandung, yang penuh toleran, kebersamaan, mengenal tata krama sopan santun, tidak individualisme, dengan menjunjung tinggi Silaturahmi, duh janten weh sok waraas :D

Tapi sayang kebiasaan pulang kampung “Mudik”belum pernah dilakukan karena semua keluarga berada di Bandung dan kebetulan orang tua ku dulu yang selalu mendapat kunjungan baik dari tetangga maupun dari saudara dari manapun baik saudara dari Jakarta, Bekasi dan Padeglang.

7.Malam Takbiran
http://www.mawarnada.comMeskipun listrik belum ada pada saat itu namun tetap terang kampung-ku dengan lampu petromak di setiap rumah, dan nuansa Iedul Fitri semakin terasa dengan terdengarnya suara Takbir disetiap Mushola/Tajug/Masjid baik di Wilayah Kampung-ku maupun daerah sekitarnya saling bersahutan, Allohu Akbar.

Ada hal yang menarik pada setiap malam Takbiran, yaitu di setiap rumah sudah disediakan makanan untuk diberikan ke Mushola/Tajug/Masjid terdekat, ini pun dilakukan oleh orang tua-ku mereka telah mempersiapkan kurang lebih satu penampan (Nyiru) makanan yang nantinya sekitar jam 00.00 WIB disampaikan pada petugas dari Mushola/Tajug/Masjid.

8.Hari Raya Iedul Fitri
http://www.mawarnada.comMinal Aidin Wal Faidzin,Mohon Maaf Lahir dan Bathin, berbondong-bondong ke tanah lapang untuk melakukan sholat Ied bersama seluruh warga sekampung. Suasana Iedul Fitri bersama orang tua dan berkumpul semua saudara, tetangga dengan pakaian baru dan sepatu baru (maklum anak-anak) sangat terasa sekali, khidmat dan khusu dengan sungkem pada kedua orang tua dan saudara diselingi isak tangis penuh ma’af dan do’a.

Beruntunglah bagi anda yang masih memiliki keluarga yang utuh apalagi keberadaan orang tua dekat disekitar kita, jangan sia-siakan mereka dan jangan campakan Orang Tua kita, Hormati, sayangi, turuti perintahnya.

Itulah sedikit suasana kampung-ku dulu yang penuh kebersamaan, kekeluargaan meskipun kekentalan adat dan budaya masih tinggi, namun pada dasarnya tetap menjaga silaturahmi dan menjungjung tinggi Ukuwah Islamiyah. Demikian semoga bermanfaat,Terima Kasih.
Wassalamualaikum Warrohmatuloh Wabarokatuh.

Posting Komentar untuk "Nuansa Menjelang Shaum Ramadhan Dan Iedul Fitri Di Kampung-ku Dulu"